Selasa, 10 Januari 2012

TEKNIK PENDERESAN/PENYADAPAN DI PERKEBUNAN KARET PT BAHRUNI AND SON KRUENG SIMPO, KECEMATAN JULI, KABUPATEN BIREUEN (laporan studi lapang)


LAPORAN HASIL PENGAMATAN LAPANGAN

Tinjauan umum beberapa komuditas yang ada dibeberapa tempat/lokasi dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan yaitu metode padi SRI di Desa Banda Sava kecamatan Lam pakuk Kabupaten Aceh Besar, komuditi kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) dan komuditi karet (Hevea Brsiliensis) di Desa Krueng Simpo kecamatan Juli kabupaten Bireuen, komuditi kopi (Coffea) di kebun percobaan gayo (BPTP-NAD) kabupaten Bener Meriah,  tanaman jagung (Zea Mays L) dan tanaman kentang (Solanum Tuberesum L) di Balai Penyuluhan Repelong di Desa Bale Atu kecamatan Bukit kabupaten bener Meriah, serta survey tanah di kecamatan Timang gajah kabupaten Bener Meriah.

A.    Padi SRI (System of Rice Itensification)
            Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman pangan berupa rumpun-berumpun yang hidupnya sangat tergantung pada air, padi merupakan tanaman pangan yang utama di Indonesia karena sebagian besar penduduknya mengosumsi beras sebagai makanan utamanya. Tanaman padi  berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.
SRI adalah teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi sebesar 50% , bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%. SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran, dibandingkan dengan teknik budidaya cara tradisional. 
Adapun pengamatan Padi SRI di lakukan di Desa Banda Sava  Kecamatan Lampakuk Kabupaten Aceh Besar  pada hari senin 11 April 2011, pengamatan dilakukan malalui wawancara langsung  kapada salah kelompok tani Kemang Melati yaitu Ibu Zuraidah.


Penyemaian dilakukan dengan waktu 6 hari, setelah itu tanaman mulai di tanam. Varietas padi yang ditanam adalah varietas Ciherang, varietas yang sering di gunakan petani pada umumnya dengan jarak tanam 35x40 cm dan benih di tanam 2 bibit/ lubang. Pupuk yang diberikan ada dua macam yaitu pupuk organic yang berupa pupuk kandang sebanyak 700 kg dan diberikan pada saat pengolahan tanah sebelum tanam, kemudian diberi pupuk kimia yaitu pupuk NPK sebanyak 20-25 kg pada saat 15 hari setelah tanam kemudian pemupukan kedua diberi 30 hari sesudah pemupukan pertama.
Dan pada waktu kami melakukan pengamatan padi sudah mulai menguning dan dipanen, umur padi tersebut ± 90 Hari. Jumlah anakan 36-40 anakan, sedangkan anakan yang produktif cuma 15-25 anakan. Produksi padi untuk sekali pemanenan yaitu 2 ton/Ha, berarti untuk 1 Ha-nya 8 ton/Ha. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh kelompok tani kemang melati di Desa Banda Sava, kecamatan Lam pakuk, kabupaten Aceh Besar yaitu irigasi tidak lancar karena saluran irigasi dari Selimum, kendala lainnya adalah adanya serangan hama utama yaitu penggerek, tikus, belalang, keong mas.

B.     Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Sawit merupakan salah satu komuditas perkebunan yang sesuai untuk  perkebunan rakyat karena dapat menjadi sumber pendapatan harian dan mingguan bagi pekebun. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
Pengamtan dilakukan di perkebunan kelapa sawit PT Bahruni and Son di desa Krueng Simpo, kecamatan Juli, kabupaten Bireuen pada hari senin 11 april 2011, melalui pengaraha  oleh Bapak Agam Ihsan Hereri yaitu dosen Fakultas pertanian, Unsyiah.

Perkebunan kelapa sawit PT Bahruni and Son Di krueng Simpo sudah berumur kurang lebih sekitar 15 tahun dengan komuditas perkebunan rakyat yang jarak tanamnya 9x9/8x8  pola segitiga. Pemupukan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan piringan dengan cara ditugal, pemangkasan dilakukan dua minggu sekali,dan apabila kelapa sawit tersebut sudah berumur 5 tahun berarti sudah bisa dipanen dengan cara didodos, jika kelapa sawit tersebut sudah tinggi maka harus dipanen dengan menggunakan enggreh. Sedangkan hama yang merusak dan paling bahaya pada tanaman kelapa sawit yaitu hama babi.
 Pada saat pengamatan bisa kita lihat dengan jelas, perkebunan kelapa sawit yang ada di Desa Krueng Simpo tersebut tidak ada perawatan sama sekali padahal kelapa sawit tersebut memiliki banyak manfaatnya, antara lain adalah untuk menumbuhkembangkan usaha kelapa sawit dipedesaan ang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerjadan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta dapat menumbuhkan industry pengolahan CPO dan produk turunannya serta industry penunjang.

C.    Karet (Hevea Brasiliensis)
            Karet mempunyai arti penting dalam aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat indonesia, yaitu: Salah satu komoditi penghasil devisa Negara, tempat persediaanya lapangan kerja bagi penduduk dan sumber penghasilan bagi petani karet.
Karet baru bisa dilakukan penyadapan/penderesan apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya, dan apabila karet tersebut sudah berumur sekitar 4 tahun dengan pengukuran lilit batang sudah mencapai 43 cm.
            Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.
Sebagai tanaman yang menghasilkan lateks yang baik Penyadapan harus dilakukan dan mengikuti aturan atau norma yang benar  agar lateks yang terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharapkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.

D.    Kopi (Coffea)
Kopi umumnya diusahakan oleh rakyat. Data Departemen Pertanian tahun 2006 menunjukkan luas areal kopi rakyat di Jawa Timur mencapai 86.928 ha dengan produksi 21.504 ton. Masalah dalam pengembangan kopi rakyat adalah skala pemilikan lahan sempit, lokasi usaha tani terpencar dan belum didukung sarana/prasarana yang memadai, serta modal, pengetahuan dan keterampilan terbatas, terutama dalam merespons perkembangan pasar.
Tanaman kopi tumbuh baik pada daerah yang terletak antara 20 0 Lintang Utara dan 20 derajat lintang selatan. Sedangkan untuk daerah di Indonesia itu sendiri, karena mengingat letak geografisnya diantara 5 derajat lintang utara sampai dengan 10 derajat lintang selatan, maka sebenarnya menjadi daerah yang potensial bila di Tanami kopi. Kalau kita lihat sebagaian besar pertanaman kopi di Indonesia ini terlihat ini terletak di antara 0 jerajat sampai 10 derajat litang selatan. Seperti saja Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan. Pengaruh iklim ini dapat ,mempeng aruhi tentang berhasil atau tidaknya kita dalam menanam kopi. Dari segi iklim ini dapatlah kita menjadi tiga hal yang berpengaruh penting, yaitu: Elevasi/ tinggi tempat, temperature dan curah hujan (Wahju Muljana, 2006).
Praktikum ini di laksanakan di Kabupaten Bener Meriah yang meliputi Kebun Percobaan Gayo Pondok Gajah , 13 April 2011. Adapun pengamatan ini diarahkan secara langsung dilapangan oleh seorang pegawai yang ada di Balai percobaan Gayo (BPTP-NAD), Kopi masuk ke Aceh pada tahun 1924, namun masyarakat setempat membudidayakan kopi pada tahun 1994. Namun produktitivitasnya menurun. Dikarenakan perubahan iklim, serangan HPT khususnya hama bubuk buah, dan varietas yang digunakan bercampur.
Daerah bener Meriah adalah daerah yang dipengaruhi oleh tipe iklim D – C berdasarkan klasifikasi oleh Smith-Ferguson. Ketinggian tempat kira-kira 1425 mdpl. Ada 20 varietas kopi arabika yang terdapat di Bener Meriah. Namun varietas yang paling banyak ditanam oleh masyarakat ada tiga varietas yaitu varietas Tim-Tim (Gayo 1), varietas Bor-Bor (Gayo 2) dan varietas P88 (Progeny 88). Kopi Arabika tidak sepenuhnya menyerbuk sendiri seperti kerabatnya Kopi Robusta yang dapat menyerbuk sempurna sendiri.
Akibat percampuran antara sesama varietas kopi Arabika bisa mengurangi mutu kopi Arabika. Namun dengan kecanggihan teknologi genetiknya dapat dirubah dengan menggunakan Somatic Embrio (SE). Kelebihan dari Kopi Arabika adalah cita rasa yang sangat tinggi. Varietas yang paling tinggi cita rasanya adalah dari varietas Gayo 2. Gayo 1 memilki kelebihan produksi bagus, tahan hama, produksi stabil, tahan penyakit karat. Mutu Kopi dapat dinilai dari Fisik dan Seduhan. Hasil produksi untuk kopi varietas Gayo 1 dan 2 adalah 1 ton/ha. Ketinggian maksimal untuk tanaman kopi adalah 1600 mdpl.
1.      Pemilihan Benih
Benih yang baik memiliki persyaratan antara lain bebas hama penyakit, produksi tinggi dan pengamatan selama minimal 4 tahun, berdirinya tegak, pengambilan buah dari bagian tengah tanaman dan kira-kira 2 cm dari ujung tidak dipakai. Buah kopi dikupas secara manual dan tidak boleh menggunakan pulper karena akan merusak fisik biji. Kemudian difermentasi kering dalam keranjang selama 1 malam. Setelah itu dicuci bersih dan dijemur dalam arti dikering anginkan 2-3 hari baru setelah itu disortir benih yang baik.
Benih yang akan dijadikan bibit adalah benih yang telah berasal dari tanaman yang bagus ciri fisik dan genetiknya. Mula-mula pemilihan benih dilakukan dengan cara dimasukkan kedalam air dan dilihat mana yang terapung dan yang tenggelam. Benih yang terapung adalah benih yang tidak bisa dipakai untuk bibit. Sedangkan benih yang tenggelam adalah benih yang baik untuk dijadikan bibit.


Biji kopi dibagi menjadi empat berdasarkan bentuk buah. Pertama biji normal yaitu biji yang terdiri dari 1 buah 2 biji, kedua biji segitiga  1buah 3 biji, ketiga yaitu biji tunggal yaitu 1 buah 1 biji dan kuping gajah yang terdiri dari satu buah (1besar 1 kecil).  Biji kopi termasuk biji rekalsitran.
2.      Pembibitan
Penyemaian ada dua, persemaian di tanah dan persemaian di polibag. Penyemaian tanah dilakukan langsung di tanah yang sudah dipetakkan dengan ukuran lebar 1 m dan panjang sesuai dengan kebutuhan, dengan naungan paranet. penyemaian dilakukan di atas tanah dengan posisi tengkurap agar tidak busuk saat air tergenang pada waktu penyiraman. Selain itu agar memudahkan benih untuk tumbuh. media tumbuh diberikan pasir diatas permukaan tanah. Disemai ± 3 bulan (stadia serdadu) kemudian bisa dipindahkan ke polibag. Jika penyemaian lebih dari 4 bulan maka bibit tidak cocok lagi dijadikan benih.
Setelah ± 3 bulan bibit dipindahkan ke polibag yang lebih besar. Dengan naungan tanaman markisah. Media tanam adalah tanah hitam (top soil) dan kompos dengan perbandingan 3 : 1. Kompos yang dipakai berasal dari gelendong kulit kopi. Kemudian dipupuk dengan ZA. Disini kita bisa melihat dan mengukur lama waktu pembibitan dengan jumlah ruas batang dan jumlah daun. Jika ruas batangnya ada 4 dan jumlah daun ada 8 maka umur tanaman kopi di pembibitan kira-kira 4 bulan.  Lamanya pembibitan ini adalah 6 bulan. Secara umum masa Pre Nursery dan Nursery adalah sembilan bulan.
3.      Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kopi bisa dilakukan dengan Pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama, penyakit dan gulma. Pemangkasan dilakukan 4 kali setahun khususnya pemangkasan cendeng yaitu cabang yang lurus diatas permukaan batang. Pemangkasan bertujuan agar tanaman tidak terlalu rimbun apabila tanaman terlalu rimbun daerah bawah kelembabannya tinggi, keadaan seperti itu akan menimbulkan datangnya penyakit. Dan tanaman yang terlalu rimbun juga akan menimbulkan produksi buah berkurang.


Pengendalian hama penyakit dan gulma, hama dikebun ini jarang tetapi terkadang ada seperti hama bubuk buah (Hypothenemus hampei (Coleoptera, Scolytidae)) sedangkan penyakit begitu pula penyakit yang dominan adalah Karat daun (Hemileia vastatrix B. et. Br.). Karena serangannya masih minim sehingga belum dilakukan pengendalian. Seedangkan untuk gulma yaitu gulma babadotan untuk mengendalikannya di lakukan dengan mekanik babat dengan mesin dan parang, dan terkadang dengan herbisida. Pengendalian ini di lakukan 4 kali dalam setahun.
4.      Panen
Pemanenan dilakukan dengan mengambil buah yang sudah masak fisiologis, yaitu buah berwarna kekuning-kuningan sampai buah berwarna merah dan rasanya manis. Pemanenan buah kopi dengan cara di petik/diambil. Sesudah terkumpul semua biji kopi lalu para petani kopi tersebut menjualnya ke toke-toke kopi. Dengan harga-harga yang sudah ditentukan.

E.     Jagung (Zea Mays L)
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn.
Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, D.I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di Daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagung dilakukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya.
Adapun pengamatan tanamanjagung di lakukan di Balai Penyuluhan Repelong di Desa Bale Atu kecamatan Bukit kabupaten bener Meriah pada hari rabu 13 April 2011, pengamatan dilakukan secara langsung yang diarahkan oleh seorang penyuluh pertanian, benih yang digunakan adalah varietas sweat boys. Persiapan lahan yaitu dengan menggunakan hand tractor dengan satu kali olah tanah dan tanah pada kebun tersebut adalah lempung berdebu.
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 40 x 75 cm dengan pupuk yang digunakan adalah urea 50 kg, TSP 50 kg, dan KCL sebanyak 30 kg. Pemberian pupuk dilakukan 3 kali yaitu pada saat umur 15 hari setelah tanam, pemberian pupk yang kedua pada saat umur tanaman 45 hari setelah tanam, dan pemberian pupuk yang ketiga kalinya dilakukan pada saat pembungaan tanaman jagung.
Hama-hama yang  menyerang tanaman jagung pada saat dua hari setelah tanam adalah jangkrik, belalang, dan tikus. Hama lain yang menyerang jagung adalah ulat grayak yang dikendalikan dengan Decis, ulat tanah dengan pengendaliannya yaitu matador. Sedangkan jagung yang terserang penyakit dapat dikendalikan dengan penyemprotan pedomil.

F.     Kentang (Solanum Tuberesum L)
Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.
Tanaman kentang asalnya dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini merupakan herba (tanaman pendek tidak berkayu) semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi. Bunga sempurna dan tersusun majemuk. Ukuran cukup besar, dengan diameter sekitar 3 cm. Warnanya berkisar dari ungu hingga putih.
Adapun pengamatan tanaman kentang di lakukan di Balai Penyuluhan Repelong di Desa Bale Atu kecamatan Bukit kabupaten bener Meriah pada hari rabu 13 April 2011, pengamatan dilakukan secara langsung yang diarahkan oleh seorang penyuluh pertanian.
Pada awalnya persiapan lahan di lakukan dengan melakukan pengolahan tanah sempurna dengan menggunakan Hand Traktor. Setelah itu dibuat guludan memanjang sesuai kebutuhan. Lalu ditanam kentang tersebut I lubang 1 benih. Varietas yang di tanam di sana adalah varietas Granolla.

Benih di buat sendiri dengan cara : Pertama, menyeleksi benih-benih yang bagus, yang ukurannya sama tidak boeh terlalu kecil dan terlalu besar. Kedua, Di jemur setela diseleksi benih di jemur atau di kering anginkan selama 2-3 hari. Ketiga, pemberian Fungisida seperti Ratardan, Matador dan Dekamon yaitu untuk menghindari supaya tidak terserang jamur penyakit sehingga akan membahayakan benih tersebut. Lalu di biarkan selama 3-4 bulan sampai tumbuh tunas kecambah. Tanaman tersebut pada saat pengamatan berumur 38 hari.
Hama yang dominan menyerang tanaman kentang yaitu belalang dan Ulat Aphis, penendalian yaitu dengan mekanis mengambil hama tersebut dan membunuhnya/ memusnahkanya. Sedangkan penyakitnya Fusarium, yaitu layu seluruh batang dan daun. Pemgendalian penyakit juga dengan mekanis dengan membuang dan mencabut tanaman yang terserang sampai bersih, supaya jangan menyerang tanaman lainya.

G.    Survey Tanah
Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematik dengan matode-metode tertentu terhadap suatu dearah yang relevan,(SCSA,1982). Menurut soil surve Division staff(1993),survey tanah mendeskripsikan karakteristik tanah-tanah di suatu daerah, mengklasifikasikannya menurut sistem klasifikasi baku, memplot batas tanah pada pada peta dan membuka prediksi tentang sifat tanah. Hasil dari surve tanah adalah peta tanah beserta legenda peta dan laporan (Luthfi,2006)
Peta adalah alat pemberita visual suatu wilayah. Peta tanah adalah penyebaran satuan tanah keadaan tanah/lahan.
Satuan peta tanah tersusun dari kesatuan 3 satuan:
1. Satuan tanah
2. Satuan bahan induk beri gambar jelas tentang tanah dan wilayah,
3. Satuan wilayah




Tujuan utama survei tanah adalah:
1. Membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam tanah      terhadap pengguanaan dan sifat-sifat lainnya sehingga dapat ditentukan pengelolaannya.
2. Menyjikan uraian satuan peta sehingga dapat diinterprestasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar.(Luthfi,2006)
Dengan mengadakan survai di lapangan, maka dipilihlah komoditas yang sesuai dengan keadaan lokasi percobaan dan memiliki nilai strategis dan nilai jual dimasa sekarang, dan masa akan datang yang dapat menambah dan membantu perekonomian masyarakat di sekitar. Adapun pemilihan komoditas tanaman yang diperkirakan sesuai dengan daerah percobaan tersebut diantaranya adalah tanaman Kentang, Jeruk, dan Pisang.
Secara umum lokasi survei merupakan perbukitan, vegetasi sekunder yang didominasi semak belukar.  Ada 3 titik dijadikan yang tempat pengamatan. Titik pengamatan ini didasarkan atas perbedaan lereng dan vegetasi penutup lahan, sedangkan jenis tanah adalah sama hingga taksa great-group.
            Dari Perbandingan kesesuaian lahan jeruk di Bener Meriah dengan persyaratan penggunaan lahan untuk jeruk didapat bahwa jeruk bisa tumbuh tapi kesesuaian lahannya S3, yaitu sesuai marginal, maksudnya jeruk bisa tumbuh tapi tidak bisa berproduksi maksimal, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, harus dilakukan usaha perbaikan yang tinggi di University Farm Universitas Syiah Kuala Stasiun Bener Meriah.       Usaha perbaikannya meliputi penambahan bahan organik dan pengolahan tanah.
            Tanaman kentang  dapat tumbuh pada tanah yang berstruktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8 – 7,0, memiliki Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.



Kesesuaian lahan untuk tanaman kentang berdasarkan data diatas didapatkan bahwa lahan ini merupakan lahan S1 dan S2 dimana cocok untuk tanaman kentang. sangat sesuai yaitu Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan. Sedangkan S2 juga masih dapat dijadikan lahan kentang. Kelas S2: cukup sesuai. Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Dalam budidaya tanaman pisang dibutuhkan syarat yaitu Ketinggian tempat:  0 – 800 m dpl, Curah hujan tahunan :  2,00 – 2,500 mm, Kemasaman tanah 7 – 8. Dari data yang didapatkan, kesesuaian lahan pisang di Bener Meriah  merupakan lahan S1 yaitu sangat sesuai untuk dijadikan lahan pertanian pisang. Hal ini karena ketinggian tempat disana masih dalam kisaran 0-900 m dpl  serta curah hujan juga mendukung.















                     
I. PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
            Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Anwar, 2001).
            Benih karet merupakan benih rekalsitran yang sangat cepat menurun daya kecambahnya selama dalam penyimpanan, dikarenakan berkurangnya kadar air benih. Benih rekalsitran merupakan benih yang sangat dipengaruhi oleh keadaan kadar airnya, sehingga kadar air suatu benih (khususnya benih rekalsitran) sangat diperhatikan agar benih tidak mengalami kemunduran. Kadar air optimalnya adalah 32-35%, dan benih dapat mati pada kadar air 12-20%, dan suhu simpan yang baik adalah 7-10oC (Anonim, 2005).
            Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58%/tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama-sama menurun 0,15%/th. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat. Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk peremajaan. Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb rubber maupun produk-produk karet lainnya karena produksi bahan baku karet akan meningkat. Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan lebih lanjut (Maryadi, 2005).


            Menurut prakiraan bahwa potensi produksi karet dapat ditingkatkan mencapai 5.000 – 7.000 kg/ha/th. Klon-klon karet unggul yang dihasilkan sampai saat ini, mampu mencapai potensi produksi dengan rata-rata produksi selama 15 tahun sadap berkisar 1.500 – 1.800 kg/ha/th dalam penanaman skala komersial. Usaha untuk mendapatkan klon-klon yang lebih unggul terus diupayakan melalui program pemuliaan dan seleksi, untuk menghasilkan klon-klon unggul modern dengan produktivitas mencapai lebih dari 2.500 kg/ha/th pada tahun 2005 (Aidi-Daslin, 1995).

B.     Tujuan Studi Lapang
Kegiatan Studi Lapang ini merupakan kelengkapan dari proses pembelajaran mahasiswa yang tidak  cukup secara tatap muka saja melainkan harus dilengkapi dengan aktivitas yang lain, berupa Studi Lapang. Adapun tujuan studi lapang adalah untuk menambah wawasan mahasiswa/i yang lebih luas yang berkaitan dengan ilmu pertanian khususnya. Sekaligus mengenal berbagai kendala-kendala sehingga mahasiswa dapat terlatih menganalisis dan memecahkan masalah yang terjadi di lapangan.

C.    Manfaat Studi Lapang
Adapun manfaat dari Studi Lapang mahasiswa dapat melihat dan mempelajari secara langsung apa yang terdapat di lapangan khususnya dalam berbagai masalah Teknik penderesan/penyadapan tanaman karet yang ada di Desa Krueng simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen.









II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistematika botani tanaman karet adalah sebagai berikut:
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio      : Angiospermae
Class                : Dicotyledoneae
Sub class         : Monoclamydae
Ordo                : Tricoccae
Family             : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Species            : Hevea brasiliensis Muell. Arg.

Karet alam adalah suatu senyawa hidrokarbon (C dan H) yang merupakan makromolekul isoprena yang bergabung membentuk poliisoprena. Tanaman karet (Havea Brasiliensis) yang asalnya dari Brazil, Amerika Selatan, tumbuh secara liar di lembah-lembah Amazon (Setyamijaja, 1993).
Pada tahun 1493, Michele De Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dulu dikenal sebagai Benua Baru. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon ini hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantulkan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut dengan cara yang sangat sederhana.
Sejak saat itu, karet mulai menarik perhatian ahli untuk diteliti. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam karet tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang berguna untuk kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Pada akhirnya ditemukan cara baru untuk mengambil getah karet tanpa harus menebangnya, tetapi dengan melukai kulit batangnya dimana cara ini lebih efisien dan getah karet dapat diambil berkali-kali. (Setyamidjaja, 1993).
Orang-orang di Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka barang keperluan sehari-hari seperti pakaian tahan air, alas penutup barang agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, dan barang lainnya. Kemudian Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet dengan mencampur karet dengan belerang, lalu dipanaskan pada suhu 120-130 0 C, dimana dengan cara ini semakin banyak sifat karet yang diketahui untuk dapat dimanfaatkan. Berawal dari sini, karet mulai banyak dicari orang untuk aneka barang keperluan dan juga memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi ban.
Tanaman karet dikenal di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda dimana tanaman karet yang pertama kali ditanam di kebun percobaan pertanian Kebun Raya Bogor. Ternyata pertumbuhan tanaman karet ini sangat memuaskan sehingga mulai dibudidayakan di perkebunan-perkebunan. Dan sejak saat itu tanaman karet ditanam secara besar-besaran dan mengalami perluasan yang sangat cepat.
Di Indonesia umumnya tanaman karet tersebar luas pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan latosol. Pada tanah-tanah marginal dengan sifat-sifat kesuburan yang kurang baik seperti hidromorfik kelabu dan tanah gambut, tanaman karet dapat tumbuh dengan baik, asalkan drainase diatur dengan baik. Karet memerlukan curah hujan 1500-200 mm/tahun yang distribusinya merata sepanjang tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari. Karet juga dapat tumbuh normal sampai pada ketinggian 500 meter dpl. Pada ketinggian dari 500 meter pertumbuhan akan terhambat dan produksi kurang memuaskan. (Anonim, 2002).
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang (Santosa, 1986).
Getah yang dihasilkan tanaman karet atau disebut dengan lateks. Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit tanaman karet. Latek banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang yang berasal dari karet.
Menurut Pendle, lateks mengandung beragam jenis protein katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet. Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan dan karena terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut (Pendle, 1992).
Musuh yang paling mengganggu para penyadap karet (Hevea brasiliensis) adalah hujan di pagi hari. Sebab jika kulit batang karet (balam) basah, getah akan luber keluar dari jalur (pelat) yang dibentuk oleh tarikan pahat. Jika hujan pagi, berarti hari libur para penyadap karet (penakok). Sedang musuh yang paling ditakutkan adalah hujan turun saat ngangkit (mengumpulkan getah dari sayak atau mangkuk penampung). Hasil memutari pohon-pohon karet satu kebun bisa jadi tanpa hasil jika air hujan meluberi sayak (tempurung penampung) cairan getah karet. Namun musuh yang paling dibenci para penyadap karet adalah harga getah/lateks “jatuh” sedang harga kebutuhan sehari-hari meninggi (Radjam, 2009).
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, semakin bagus hasilnya. Menurut (Siregar 1995), berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.      Mal Sadap
Mal sadap berfungsi membuat gambar sadapan yang menyangkut kemiringan sadapannya, biasanya digunakan sebagai pola rencana penyadapan untuk jangka waktu tertentu (biasanya 6 bulan). Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130cm yang dilengkapi plat seng selebar + 4cm dan panjangnya antara 50-60cm. Plat seng dengan kayu membentuk sudut 120º.

2.      Pisau Sadap Atas
Pisau sadap ada 2 macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan pisau untuk sadap bawah. Pisau sadap harus mempunya ketajaman yang tinggi, karena berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas bertangkai panjang untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas dengan ketinggian di atas 130 cm (Nazaruddin, 1998).
3. Pisau Sadap Bawah
Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan menyadap. Pisau sadap mempunyai tangkai yang panjang untuk mempermudah penyadapan. Pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm ke arah bawah.
4. Talang Lateks (Spout)
Talang lateks berfungsi untuk mengalirkan cairan lateks atau getah karet dari irisan sadap ke dalam mangkok. Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8-10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah irisan sadapan. Penancapannya hendaknya tidak terlalu dalam agar tidak merusak lapisan kambium atau pembuluh empulur karet.
5. Mangkok atau Cawan
Mangkok ini berfungsi sebagai penampung lateks yang mengalir dari bidang irisan melalui talang. Mangkok ini biasanya dibuat dari tanah liat atau plastik atau aluminium. Paling baik adalah dibuat dari aluminium karena tahan lama dan bisa menjamin kualitas lateks. Namun sulit dicari dan harganya yang cukup mahal. Mangkok dipasang 10 cm di bawah talang.
6. Cincin Mangkok
Cincin mangkok berfungsi sebagai tempat meletakkan mangkok sadap atau cawan. Bahan yang digunakan untuk pembuatan cincin mangkok ini adalah kawat. Biasanya cincin ini digantungkan atau dicantolkan pada tali cincin. Diameter cincin dibuat sedikit lebih besar dari ukuran mangkok sadap agar mangkok bisa masuk ke dalam cincin.


7. Tali Cincin
Tali cincin berfungsi sebagai tempat untuk mencantolkan cincin mangkok sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkok, jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkok. Sebagaimana talang lateks, kedudukan tali cincin juga berubah tiap periode tertentu.
8. Meteran Gulung (Rol Meter)
Meteran gulungan berfungsi untuk menentukan tinggi bidang sadap (meteran kayu) dan mengukur lilit batang pohon karet (meteran gulung). Meteran yang digunakan terbuat dari bahan lunak atau kulit. Meteran kulit disebut juga meteran gulung dengan panjang 150-200 cm.
9. Meteran Kayu
Fungsi meteran kayu ini yaitu untuk mengukur tinggi sadapan.Biasanya terbuat dari kayu (panjang 130 cm) dan berbentuk panjang pipih . Penggaris diletakkan dari permukaan tanah ke arah vertikal pada pohon karet sampai jarak 130 cm (Nazaruddin, 1998).
10. Pisau Mal
Pisau mal berfungsi sebagai alat untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet (Siregar, 1995).
11. Quadri
Alat ini berfungsi untuk mengukur tebalnya kulit batang yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau pembuluh empulurnya. Alat ini terbuat dari besi, bagian ujung seperti jarum dengan panjang 1-1,5 mm.
12. Sigmat
Alat ini berfungsi untuk mengukur tinggi sadapan. Ketebalan ± 10 cm. Sigmat ditempatkan pada bagian pohon yang akan diukur tebal kulitnya, ditekan sampai terasa keras atau tidak dapat menembus kulit lebih dalam lagi. Ketebalan kulit pohon diketahui degnan membaca skala (Nazaruddin, 1998).

III. PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan mengenai teknik penderesan di perkebunan karet pada saat mendengar pengarahan langsung, teknik penderesan di perkebunan karet bisa dikatakan mudah apabila kita mau mengerjakannya, sehingga penulis ingin mencoba dan memahami dan membahasnya lebih lanjut.
Adapun tanaman karet yang dikembangkan oleh PT Bahruni and Son desa Krueng Simpo kecamatan Juli kabupaten Bireuen adalah perkebunan rakyat yang sudah berumur lebih kurang sekitar 20 tahun dengan jarak tanam 1,5m x 1,5m dengan pola segitiga.
Karet baru bisa dilakukan penyadapan/penderesan apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya, dan apabila karet tersebut sudah berumur sekitar 4 tahun dengan pengukuran lilit batang sudah mencapai 43 cm.
Adapun teknik penderesan/penyadapan karet meliputi:
1.    Penentuan Matang Sadap
Matang sadapTanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya.
a.    Umur Tanaman
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 4– 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat.




b.   Pengukuran Lilit Batang
Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 43 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi.
c.    Matang Sadap Kebun
Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

2.    Persiapan Pembukaan Bidang Sadap
Sebelum melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan Penggambaran bidang sadap pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan dalam penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap.
a.    Tinggi Bukaan Sadap
Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
b.   Arah dan Sudut Kemiringan Irisan Sadap
Arah dan sudut kemiringan irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas. Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk sadap.
c.    Panjang Irisan Sadap
Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah ½ S ( irisan miring sepanjang ½ spiral )
d.   Penentuan Letak Bidang Sadap
Bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan pada arah timur-barat ( pada jarak antar tanaman yang pendek )
e.    Pemasangan Talang Sadap
Pemasangan talang sadap dilakukan bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan sehingga lateks dapt mengalir dengan baik dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang,. Talang sadap baiknya dibuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjang +/- 8 cm dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan bagian bawah.
f.     Pemasangan Mangkuk Sadap
Pemasangan mangkuk sadap dilakukan pada jarak 15 cm – 20 cm dibawah talang sadap hal ini dilakukan agar lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik.

3.    Pelaksanaan penyadapan
a.    Kedalaman irisan sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin banyak. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat disadap 25 – 30 tahun.
b.   Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S) , frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas.
Waktu penyadapan jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00 .



















IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dibahas, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
·         Kegiatan Studi Lapang dilaksanakan dengan mengunjungi beberapa lokasi/objek yang berbeda, tetapi masih dalam lingkup pertanian (dalam arti luas) yaitu pada senin-kamis, 11-15 April 2011.
·         Banyak objek yang diamati pada saat pengamatan studi lapang yaitu; padi SRI, kelapa sawit, karet, kopi, jagung, kentang, dan kegiatan survey tanah.
·         Bahasan lanjutan adalah tentang teknik penderesan diperkebunan karet untuk pengambilan lateks.
·         Karet baru dapat dilakukan penyadapan apabila sudah berumur 4 tahun dengan mengukur lilit batang sudah mencapai 43 cm.
·         Tanaman karet memerlukan pemeliharaan tepat karena jika tidak ada Pemeliharaan yang tepat pertumbuhan tanaman karet juga terhambat dan tidak dapat menghasilkan lateks yang baik.

B.  Saran
Studi lapang hanya dilaksanakan hanya beberapa hari, jadi saya menyarankan agar studi lapang ini berjalan dengan baik harus dilakukan teori sebelum melaksanakan praktikum pengamatan dilapangan dan harus ada waktu yang banyak untuk penulisan laporan.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005. The Opportunity of Plantation Investment In North. Sumatera.
Anonim, 2007. Budidaya Jagung. http// www.deptan.go.//jagung. Diakses tanggal 25 April 2011.

Anonim, 2007. Teknis Budidaya Kelapa Sawit. http://.blogspot.com/2007/10/-html. Diakses tanggal 25 April 2011.

Anonim,2008. Kopi .Blongger.comhttp://www.plantamor.com/index.php?about=
Diakses pada tanggal 25 April 2011.

Aidi-Daslin, 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Palembang.

Anwar, Chairil. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. PusatPenelitian Karet. Medan
Dimasaditiya, 2009. Budidaya Kentang ( Solanun tuberosum L. ). Jakarta.
Maryadi. 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pendle. P.D. 1992. The Production, composition, and chemistry of natural latex concentrates in sensitivity to latex in medical device (FDA Ed.). Program and Proceedings of International Latex Conference, Baltimore.

Radjam, Syam. 2009. Musuh-musuh penyadap karet. (http://www.prabumulihdusunlaman.blogspot.com). Diakses tanggal 25 April 2011.

Rubber. (http://www.bainfokomsumut.go.id/iptek04.php). Diakses tanggal 25 April 2011.

Sampurna Untuk Indonesia, 2008. SRI Sytem Rice intensification, Pasuruan
Santosa. 2007. Karet. (http://id.wikipedia.org/wiki/karet). Diakses tanggal 25 April 2011.

Setyamijaja, 1993. Sejarah tanaman karet.
http://www.deptan.go.id/sejarah/tp/karet 4.htm. Diakses tanggal 25 April 2011.

Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius, Yogyakarta.



LAMPIRAN

A.  Padi SRI (System of Rice Itensification)

Padi SRI yang sudah ingin dilakukan pemanenan


Anakan padi SRI yang telah berumur sekitar 90 hari


B.  Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)


Tanaman kelapa sawit yang telah berumur sekitar 15 tahun


Tanaman kelapa sawit yang tidak ada perawatan sama sekali


C.  Karet (Hevea Brasiliensis)


Perkebunan karet yang sudah berumur sekitar 20 tahun (kebun rakyat).



Teknik penderesan/penyadapan tanaman karet


Pisau sadap digunakan untuk penderesan/penyadapan karet



Mangkok yang berfungsi sebagai penampung lateks
 yang mengalir dari bidang irisan melalui talang



Lateks yang mengalir dari bidang irisan  yang ditampung disebuah mangkok



Mangkok penampung lateks yang diisi kayu supaya dapat menaikkan timbangan


D.  Kopi (Coffea)


Tanaman kopi yang dinaungi oleh tanama lamtoro



Pemangkasan kopi bertujuan agar tanaman tidak terlalu rimbun
yang dapat menimbulkan produksi buah berkurang.
E.  Jagung (Zea Mays L)


Tanaman jagung manis varietas sweat boys yang dipunuhi gulma



Jagung yang sudah terkena gejala serangan penyakit
F.   Kentang (Solanum Tuberesum L)


Gambar tanaman kentang varietas Granolla



Tanaman kentang yang terserang oleh penyakit fusarium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar